BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tentu
anda masih ingat bukan, pengertian sosiologi dalam mata kuliah Pengantar
Sosiologi. Untuk menyegarkan ingatan Anda, berikut disajikan beberapa
pengertian dari sosiologi:
Beberapa pendapat para ahli tentang definisi sosiologi.
Beberapa pendapat para ahli tentang definisi sosiologi.
1.
Roucek dan Warren, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antar manusia dalam kelompok-kelompok.
2.
William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff, sosiologi
adalah penelitian ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu
organisasi sosial.
3.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, sosiologi
ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial.
4.
Pitirin Sorokin (dikutip Bungin, 2006 : 27-28),
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari:
a. Hubungan
dan pengaruh timbal balik antar aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya:
antara gejala ekomomi dan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi,
gerak masyarakat dengan politik, dan lain sebagainya);
b. Hubungan
dengan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial
(misalnya: gejala geografis, biologis, dan sebagainya);
c. Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala
sosial.
Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksudkan
dengan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia sebagai
makhluk sosial termasuk di dalamnya berbagai aktifitas atau gejala sosial yang
kemudian menghasilkan perubahan-perubahan sosial.
Masih
ingatkah Anda bahwa istilah komunikasi yang dalam bahasa Inggris disebut
communication, berasal dari bahasa Latin, communicatio? Sebagaimana Anda telah
pelajari dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi, kata communicatio berasal
dari kata communis yang artinya sama. Tentu saja, konteks sama yang dimaksudkan
ialah sama makna. Kesamaan makna ini terjadi ketika misalnya Anda terlibat
dalam percakapan dengan teman Anda, dimana tidak saja menggunakan bahasa yang
sama, namun juga Anda berdua sama-sama mengerti dan memahami makna dari apa
yang Anda berdua percakapkan itu. Jadi, kesamaan makna lebih mengarah pada
kesamaan pandangan di antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi
mengenai isi dari pesan tersebut.
Sebagaimana
Anda tahu, banyak sekali definisi yang diberikan untuk memahami arti kata
komunikasi. Secara sederhana, Anda dapat merujuk pada definisi yang diberikan
Littlejohn (2002 : 7) bahwa komunikasi merupakan suatu proses pemindahan
(transmisi) informasi.
Untuk
kepentingan pendefinisian komunikasi, umumnya para pakar ilmu komunikasi
merujuk pada pandangan Harold Lasswell dalam bukunya The Structure and Function
of Communication in Society. Lasswell (Effendy, 1997 : 10) yang menjelaskan
bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab
pertanyaan berikut:
Who Says What in Which Channel to
Whom with What Effect?
Bila
diterjemahkan maka akan menjadi: Siapa Mengatakan Apa dengan Saluran Apa kepada
Siapa dan dengan Efek Apa?.
Bila
Anda menyimak baik-baik formulasi Lasswell ini maka Anda akan dapat memahami
elemen-elemen penting dari komunikasi. Mari kita bahas satu per satu. Kata who
(siapa) dalam konteks komunikasi merujuk kepada seorang pemberi pesan. Pemberi
pesan ini biasanya dikenal dengan sebutan sumber informasi, komunikator, atau
pengirim pesan. Says what (mengatakan apa) merujuk pada apa yang diperkatakan.
Dalam hal ini pesan atau isi dari percakapan/pembicaraan. Pesan ini lalu kita
kenal dengan sebutan verbal (melalui kata-kata dan atau tulisan) dan non verbal
(menggunakan bahasa isyarat).
In which channel (dengan saluran apa) mengarah pada alat atau saluran atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Anda tentu tahu bukan, manusia dapat menggunakan bermacam-macam saluran dalam berkomunikasi. Media yang paling praktis dan semua orang menggunakannya saat berkomunikasi adalah panca indera manusia. Selain itu, kita juga mengenal saluran komunikasi menggunakan alat bantu seperti telephon, telegram, dan surat). Ada juga saluran komunikasi yang digunakan untuk khalayak yang jumlahnya lebih besar (massa) yaitu media cetak dan elektronik. To whom (kepada siapa) ditujukan untuk penerima pesan. Penerima pesan ini disebut juga sebagai komunikan, atau receiver. Bila anda berinisiatif menelpon sahabat anda, maka sahabat anda itu disebut sebagai komunikan. With what effect (dengan efek apa) merujuk pada pengaruh yang ditimbulkan dari komunikasi. Pengaruh ini dapat meliputi aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap lawan bicara. Jadi, berdasarkan uraian ini maka kita dapat menyimpulkan bahwa komunikasi itu terdiri dari sekurang-kurangnya 5 unsur yakni:
In which channel (dengan saluran apa) mengarah pada alat atau saluran atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Anda tentu tahu bukan, manusia dapat menggunakan bermacam-macam saluran dalam berkomunikasi. Media yang paling praktis dan semua orang menggunakannya saat berkomunikasi adalah panca indera manusia. Selain itu, kita juga mengenal saluran komunikasi menggunakan alat bantu seperti telephon, telegram, dan surat). Ada juga saluran komunikasi yang digunakan untuk khalayak yang jumlahnya lebih besar (massa) yaitu media cetak dan elektronik. To whom (kepada siapa) ditujukan untuk penerima pesan. Penerima pesan ini disebut juga sebagai komunikan, atau receiver. Bila anda berinisiatif menelpon sahabat anda, maka sahabat anda itu disebut sebagai komunikan. With what effect (dengan efek apa) merujuk pada pengaruh yang ditimbulkan dari komunikasi. Pengaruh ini dapat meliputi aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap lawan bicara. Jadi, berdasarkan uraian ini maka kita dapat menyimpulkan bahwa komunikasi itu terdiri dari sekurang-kurangnya 5 unsur yakni:
1. Komunikator
(pemberi informas)
2. Pesan
3. Media
(saluran)
4. Komunikan
(penerima informasi/pesan)
5. Efek
(pengaruh).
Selama
ini yang kita pahami bahwa Sosiologi dengan Komunikasi adalah dua ilmu yang
berbeda kajian. Namun kemudian bagaimana bisa kedua ilmu tersebut berkolaburasi
dan menjadi satu kesatuan ilmu yaitu ilmu sosiologi komuniksi. Bagaimana
sejarah atau perjalanan kedua ilmu tersebut hingga akhirnya terlahirlah
sosiologi komunikasi. Dalam makalah ini kita akan mencoba membahas masalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
sejarah terbentuknya sosiologi komunikasi?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan
2. Sebagai
reference bahan pembaca
BAB II
PEMBAHASAN
1.2 Filsafat Sosial
Pada
mulanya kajian tentang komunikasi, apalagi ilmu komunikasi adalah sesuatu yg
tidak pernah ada dalam khazanah ilmu pengetahuan. Ketika pada mulanya semua
masalah manusia masih dalam kajian filsafat, maka komunikasi selain tidak
terpikirkan atau belum dipikirkan oleh manusia (laten fenomena).
Pada
saat teori sosilogi sedang dibangun, minta terhadap ilmu pengetahuan meningkat
pesat, hal itu terjadi tidak saja diperguruan tinggi, namun juga di masyrakat
umumnya. Hasil sains termasuk teknologi mendapat apresiasi yang luar biasa di
masyarakat. Walaupun dikatakan apresiasi itu berkaitan dengan sukses besar
sains fisika, bilogi dan kimia (ritzer, 2004). Perdebatan antara perkembangan sosiologi
dan sains pada saat itu menjadi hal yang
penting disinggung dalam bagian awal ini untuk mendudukkna persoalan bahwa pada
awal perkembangan teori sosiologi, sosiologi dibesarkan oleh minat masyarakat
terhadap sains yang menginginkan sosiologi meniru kesuksesan sains atau karena
kesuksesan sains pada saat itu yang mengalihkan perhatian masyarakat terhadap
sosiologi. Rupanya, pada akhirnya masyarakat kemudian percaya bahwa
perkembangan sosiologi disebabkan karena adanya keunggulan pemikiran yang lebih
menyukai sosiologi sebagai sains.
Banyak
pengamat yang berpendapat bahwa perkembangan teori sosiologi dipengaruhi oleh
pemikiran-pemikiran abad pencerahan yang berkembang pada peeriode perkembangan
intelektual dan pembahasan pemikiran filsafat yang luar biasa. Pemikiran
manusia yang pada awalnya menaruh harapan yang besar terhadap mitos (sebelum
yunani kuno atau sebelum 600 SM), logos (yunani kuno atau 600 SM), dogma ( dan
kemudian beralih pada logos (pikiran manusia lagi)
2.2 Sosiologi Modern
Persoalan
manusia pada akhirnya diatasi filsafat melalui pendekatan filsafat, melalui
pendekatan filsafat sosial yang kemudian mampu menjawab persoalan-persoalan: liberalisme,
sosialisme, komunalisme dan welfareliberalism, namun untuk menjawab
persoalan-persoalan kemasyarakatan lainnya yang lebih konkret, filsafat sosial
mengalami hambatan metodelogis. Karena itu banyak persoalan masyarakat lainnya
yang lebih kongkret, filsafat sosial mengalami hambatan metodelogis. Karena itu
banyak persoalan masyarakat tidak bisa lagi diatasi filsafat sosial yang sifat
pendekatannya abstrak dan tidak konkret. Masyarakat membutuhkan jalan keluar
dari permasalahan kehidupan mereka yang serba spesifik dan konkret. Dengan
demikian, manusia membutuhkan ilmu pengetahuan yang menjebatani filsafat dan
manusia. Karena itulah lahir sosiologi sebagai jalan keluar untuk membantu
manusia memecahkan persoalan masyarakat.
Orang
pertama yang menggunakan istilah sosiologi adalah auguste comte (1798-1852).
Erikson (ritzer,2004: 16) mengatakan bahwa, menurut Erikson bukanlah penemu
sosiologi modern, karena selain teori sosiologi konservatif banyak dipelajari
oleh gurunya Cloude Henri Saint-Simon(1760-1852), adam smith atau para moralis
skotlandia adalah sumber sebenarnya dari sosiologi modern,
Pikiran-pikiran
comte juga dipengaruhi oleh pencerahan dan revolusi, ia juga sangat terpengaruh
oleh sains sehingga pandangan ilmiahnya memperkenalkan “positivisme” atau
“filsafat positif”. Lebih kongkret lai comte mengembangkan fisika sosial yang
pada tahun 1839 disebut dengan sosiologi (pickering, 2000 dalam Rizter, 2004:
16). Penggunaan istilah filsafat sosial, pada mulanya comte bermaksud agar
sosiologi meniru model hard science. Ilmu baru ini memepelajari social statics
( statistika sosial atau struktur sosial) dan social dynamic (dinamika sosial
atau perubahan sosial).
Pikiran-pikiran
comte pada waktu itu didasarkan pada pendekatan teori revolusinya dan hukum
tiga tingkatan( Rizter, 2004:17) comte mengatakan ada tiga tingkatan
intelektual yang harus dilalui kelompok masyarakat, ilmu pengetahuan, individu,
atau bahkan pemikiran masyarakat dan dunia sepanjang. sejarahnya pertama, tahap teologis Yang menjadikan
karakteristik dunia sebelum era 1300. Dalam tahapan ini sistem gagasan utama
menekankan pada keyakinan bahwa kekuatan adikodrati, tokoh agama dan
keteladanan kemanusiaan menjadi dasar segala hal. Dengan demikian, dunia sosial
dan alam fisika adalah ciptaan tuhan. Kedua, tahap metafisika yang terjadi antara 1300-1800. Era ini ditandai
dengan keyakinan bahwa kekuatan abstraklah yang menerangkan segala sesuatu,
bukanlah para dewa. Dengan demikian pandangan terhadap ciptaan tuhan mengalami
degradasi kekuasaan dihadapan manusia. Ketiga tahun 1800 dunia memasuki tahap positivistik yang ditandai oleh
keyakinan terhadap sains. Manusia mulai cenderung menghentikan penelitian
terhadap kecenderungan penyebab absolut (tuhan atau alam) dan memusatkan
perhatian pada pengamatan terhadap alam fisik dan dunia sosial guna mengetahui
hukum-hukum yang mengaturnya.
Orang
lain yang berjasa pada awal perkembangan sosiologi adalah Emile Durkheim
(1858-1917). Karya-karya Durkheim masih diwariskan oleh pandangan pencerahan pada sains dan reformasi sosial.
Pandangannya tentang faktor-faktor sosial menjadi dasar bagi sosiologi untuk
mengkaji pandangan tentang apa sebenarnya fakta sosial itu. Dalam bukunya yang
berjudul The Rule of Sosiological Method (1895/1982) Durkheim menekankan bahwa
tugas sosiologi adalah mempelajari fenomena penting dalam kehidupan manusia
dalam dunianya yaitu fakta-fakta sosial. Ia memendang bahwa fakta sosial adalah
sebagai kekuatan (force) dan struktur yang bersifat eksternal yang memaksa
individu . memlalui karyanya yang lain, yaitu Suicide (1897/1951) Durkheim mencoba menguji pandangan
sosiologisnya tentang hubungan sosial dan fakta sosialnya (Rizter, 2004:21).
Melalui
The Rule of sociological Method Durkhaim membedakan dua tipe fakta sosial,
yaitu fakta social materiil dan fakta sosial nonmateriil (kultur, institusi
sosial) ketimbang membahas fakta sosial materiil (birokrasi, hukum). Walaupun
dia membahasnya secara bersama-sama namun Durkheim lebih banyak menyoroti fakta
sosial non materiil ketimbang fakta sosial materiil.
Dalam
hal agama Durkheim berpandangan bahwa agama adalah salah satu fakta sosial non
materiil. Melalui karyanya yang terakhir, The
Elementary Forms of Religious Life (1912/1965), ia membahas masyarakat primitif untuk
menemukan akar agama. Ia yakin akan menemukan akar agama dengan jalan
membandingkan masyarakat primitif yang sederhana ketimbang mencarinya di dalam
masyarakat modern yang kompleks. Temuannya, bahwa sumber agama adalah
masyarakat itu sendiri.
2.3 Lahirnya Sosiologi Komunikasi
Asal mula kajian
komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran Karl Marx, di
mana karl marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri sosiologi yang beraliran
Jerman sementara Claude Henri Saint-simon, Auguste Comte, dan Emile Durkheim
merupakan nama ahli sosiologi yang beraliran Perancis.
Sementara itu
gagasan awal tentang Marx tidak pernah lepas dari pemikiran-pemikiran Hegel.
Hegel memiliki pengaruh yang kuat terhadap Marx, bahkan Karl Marx muda menjadi
seorang idealisme (bukan materialisme) justru dari pemikiran-pemikiran radikal
Hegel tentang idealisme, adapun kemudain Marx tuan menjadi seorang materalisme,
hal itu adalah sebuah pengalaman pribadi manuasia dalam prosesnya dengan
konteks sosial yang daialami loh marx sendiri.
Menurut Rizter
(2004:26), pemikiran Hegel yang paling utama dalam melahirkan pemikiran-pemikiran tradisional konflik dan kritis
adalah ajarannya tentang dialektika dan idealisme. Dialektika adalah cara
berfikir dan citra tentang dunia. Sebagai cara berpikir, dialektika menekankan
arti penting dari proses, hubungan, dinamika, konflik dan kontradiksi.
Pemahaman dialektika semacam inilah (terutama melihat dunia sebagai bagian yang
berhubungan satu dengan lainnya) di kemudian hari melahirkan gagasan tentang
komunikasi seperti apa yang ditemukan oleh Jurgen Habermas dengan tindakan komunikatif.
Hegel juga dikaitkan dengan filsafat idealisme yang
lebih mementingkan pikiran dan produk mental daripada kehidupan material. Dalam
bentuknya yang eksterm, idealisme menegaskan bahwa hanya konstruksi pikiran dan
psikologilah yang ada, idealism adalah sebuah proses yang kekal dalam kehidupan
manusia, bahkan ada yang berkeyakinan bahwa proses mental tetap ada walaupun
kehidupan social dan fisik sudah tidak ada lagi.
Pemikiran-pemikiran Habermas sendiri termasuk dalam
kelompok kriti. Habermas sendiri menamakan gagasan-gagasan sebagai rekonstruksi
materialisme historis. Habermas bertolak dari pemikiran Karl marx, seperti
potensi manusia, spesies mahluk, aktivitas yang berperasaan. Ia mengatakan
bahwa, Marx telah gagal membedakan antara dua komponen analitik yang berbeda,
yaitu kerja dan interaksi. Diantara kerja dan interaksi social , Marx hanya
membahas kerja saja dengan mengabaikan interaksi sosial. Di sepanjang
tulisannya, Habermas menjelaskan perbedaan ini, meski ia cenderung menggunakan
istilah tindakan rasional-purposif dan tindakan komunikatif (interaksi)
(Ritzer, 2004:187). Dalam theory of communication Action pun ia menyebut
tindakan komunikatif ini sebagai bagian dasar dari ilmu-ilmu sosial dan teori
komunikasi (Habermas,1996).
Selama tahun 1970-an Habermas memperbanyak studi-studinya mengenai ilmu social dan mulai
menata ulang teori kritik sebagai teori komunikasi. Tahap kunci dari
perkembangan ini termuat dalam kumpulan esai dalam sekian buku. Habermas sendiri
saat ini menjadi guru besar filsafat dan sosiologi yang hidup di
Frankfurt(kuper and Kuper,2000: 424).
Sumbangan pemikiran John Dewey, yang sering disebut the first philosopher of communication (Riger,1986)
itu dikenal hingga kini dengan filsafat
pragmatik-ny, suatu keyakinan bahwa sebuah ide itu benar jika ia berfungsi
dalam praktik. Pragmatisme menolak dualisme pikiran dan materi, subjek dan
objek( Ibrahim, 2005 : xiii).
Dengan demikian, sejarah sosiologi komunikasi menempuh
dua jalur. Bahwa kajian dan sumbangan pemikiran August comte, Durkheim, Talcott
parson dan Robert K. Merton merupakan sumbangan paradigma fungsional bagi
lahirnya teori-teori kounikasi yang beraliran structural-fungsional. Sedangkan
sumbangan-sumbangan pemikiran Karl Max dan Habermas menyumbangkan paradigm
konflik bagi lahirnya teori-teori kritis dalam kajian komunikasi.
Sosiologi sejak semula telah menaruh
perhatian-perhatian pada masalah yang ada hubungan dengan interaksi social
antara seseorang dan orang lainnya. Apa yang di sebutkan oleh Comte dengan
“social dynamic’,kesadaran kolektif” oleh Durkheim, dan “interaksi sosial” oleh
Marx serta “tindakan komunikatif” dan “teori komunikasi” oleh habermas adalah
awal mula lahirnya persfektif sosiologi komunikasi.
SKEMA 1
ALIRAN PEMIKIRAN
DALAM PARADIGMA SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Aliran
Pemikiran yang melahirkan
Paradigma
dalam sosiologi komunikasi
Stuktural-fungsional Konflik
Kritis
Auguste
comte Karl
Marx
Emile
Durkheim Jurgen
Habermas
Talcott parson Johhn
Dewey
Rebert K. Merton
Selain apa yang disumbangkan Karl Marx dan Habermas
mengenai teori kritis dalam komunikasi, sumbangan dari presfektif stuktural
fungsional dalam sosiologi yang diajarkan oleh Talcott parson dengan teori
system tindakan maupun dengan skema AGIL (Ritzer, 2004:121), serta kajian
Rebert K. Merton tentang struktur fungsional, struktur sosial dan anomie
(Sztompka, 2004: 18), merupakan sumbangan-sumbangan yang amat penting terhadap
lahirnya teori-teori komunikasi di waktu berikutnya.
Saat ini presfektif teoretis
mengenai sosiologi komunikasi bertumpu pada fokus kajian sosiologi mengenai interaksi
social semua aspek yang bersentuhan dengan fokus kajian tersebut. Narwoko dan
Suyanto (2004: 16) mengatakan bahwa, kajian tentang interaksi sosial
disyaratkan Adanya fungsi-fungsi komunikasi yang lebih dalam, seperti adanya kontak sosial dan
komunikasi. Kontak sosial terjadi tidaklah semata-mata tergantung tindakan
tetapi juga tergantung pada adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut
sedangkan aspek penting dari komunikasi adalah bila seseorang memberikan
tafsiran pada sesuatu atau pada perilaku orang lain. Dalam komunikasi juga
persoalan makna menjadi sangat penting ditafsirkan oleh seseorang yang mendapat
informasi (pemberitaan) karena makna yang dikirim oleh komunikator dan penerima
informasi menjadi sangat subjektif dan di tentukan oleh konteks sosial ketika
informasi itu disebar dan diterima
\
BAB
III
PENUTUP
1.3
Kesimpulan
Dari
makalah di atas dapat kita simpulkan bahwa lahirnya sosiologi komunikasi adalah
hasil dari pemikiran-pemikiran para ahli pada abad pencerahan yang berkembang
pada periode perkembangan intelektual dan pemikiran fiilsafat yang luar biasa.
Pemikiran
manusia yang pada awalnya menaruh harapan yang besar terhadap mitos, logos,
dogma dan kemudian kembali lagi ke logos sehingga membuka pikiran para
intelektual untuk memecahkan masalah tersebut dan terciptalah sosiologi
komunikasi. Dimana konteks sosiologi komunikasi ialah persoalan manusia
difokuskan pada interaksi sosialnya dengan manusia lainnya dalam masyarakat.
dilengkapi dengan daftar referensi.,., pasti lebih mantap.
BalasHapusjgn lupa singgah juga di artikel saya.
dhiyaurahman.blogspot.com