Senin, 19 Maret 2012

sejarah sosiologi komunikasi


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Tentu anda masih ingat bukan, pengertian sosiologi dalam mata kuliah Pengantar Sosiologi. Untuk menyegarkan ingatan Anda, berikut disajikan beberapa pengertian dari sosiologi:
Beberapa pendapat para ahli tentang definisi sosiologi.
1.      Roucek dan Warren, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam kelompok-kelompok.
2.      William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff, sosiologi adalah penelitian ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.
3.      Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, sosiologi ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
4.      Pitirin Sorokin (dikutip Bungin, 2006 : 27-28), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari:
a.       Hubungan dan pengaruh timbal balik antar aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya: antara gejala ekomomi dan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan lain sebagainya);
b.      Hubungan dengan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial (misalnya: gejala geografis, biologis, dan sebagainya);
c.        Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksudkan dengan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia sebagai makhluk sosial termasuk di dalamnya berbagai aktifitas atau gejala sosial yang kemudian menghasilkan perubahan-perubahan sosial.
Masih ingatkah Anda bahwa istilah komunikasi yang dalam bahasa Inggris disebut communication, berasal dari bahasa Latin, communicatio? Sebagaimana Anda telah pelajari dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi, kata communicatio berasal dari kata communis yang artinya sama. Tentu saja, konteks sama yang dimaksudkan ialah sama makna. Kesamaan makna ini terjadi ketika misalnya Anda terlibat dalam percakapan dengan teman Anda, dimana tidak saja menggunakan bahasa yang sama, namun juga Anda berdua sama-sama mengerti dan memahami makna dari apa yang Anda berdua percakapkan itu. Jadi, kesamaan makna lebih mengarah pada kesamaan pandangan di antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi mengenai isi dari pesan tersebut.
Sebagaimana Anda tahu, banyak sekali definisi yang diberikan untuk memahami arti kata komunikasi. Secara sederhana, Anda dapat merujuk pada definisi yang diberikan Littlejohn (2002 : 7) bahwa komunikasi merupakan suatu proses pemindahan (transmisi) informasi.
Untuk kepentingan pendefinisian komunikasi, umumnya para pakar ilmu komunikasi merujuk pada pandangan Harold Lasswell dalam bukunya The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell (Effendy, 1997 : 10) yang menjelaskan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan berikut:
Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect?
Bila diterjemahkan maka akan menjadi: Siapa Mengatakan Apa dengan Saluran Apa kepada Siapa dan dengan Efek Apa?.
Bila Anda menyimak baik-baik formulasi Lasswell ini maka Anda akan dapat memahami elemen-elemen penting dari komunikasi. Mari kita bahas satu per satu. Kata who (siapa) dalam konteks komunikasi merujuk kepada seorang pemberi pesan. Pemberi pesan ini biasanya dikenal dengan sebutan sumber informasi, komunikator, atau pengirim pesan. Says what (mengatakan apa) merujuk pada apa yang diperkatakan. Dalam hal ini pesan atau isi dari percakapan/pembicaraan. Pesan ini lalu kita kenal dengan sebutan verbal (melalui kata-kata dan atau tulisan) dan non verbal (menggunakan bahasa isyarat).
In which channel (dengan saluran apa) mengarah pada alat atau saluran atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Anda tentu tahu bukan, manusia dapat menggunakan bermacam-macam saluran dalam berkomunikasi. Media yang paling praktis dan semua orang menggunakannya saat berkomunikasi adalah panca indera manusia. Selain itu, kita juga mengenal saluran komunikasi menggunakan alat bantu seperti telephon, telegram, dan surat). Ada juga saluran komunikasi yang digunakan untuk khalayak yang jumlahnya lebih besar (massa) yaitu media cetak dan elektronik. To whom (kepada siapa) ditujukan untuk penerima pesan. Penerima pesan ini disebut juga sebagai komunikan, atau receiver. Bila anda berinisiatif menelpon sahabat anda, maka sahabat anda itu disebut sebagai komunikan. With what effect (dengan efek apa) merujuk pada pengaruh yang ditimbulkan dari komunikasi. Pengaruh ini dapat meliputi aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap lawan bicara. Jadi, berdasarkan uraian ini maka kita dapat menyimpulkan bahwa komunikasi itu terdiri dari sekurang-kurangnya 5 unsur yakni:
1.      Komunikator (pemberi informas)
2.      Pesan
3.      Media (saluran)
4.      Komunikan (penerima informasi/pesan)
5.      Efek (pengaruh).
Selama ini yang kita pahami bahwa Sosiologi dengan Komunikasi adalah dua ilmu yang berbeda kajian. Namun kemudian bagaimana bisa kedua ilmu tersebut berkolaburasi dan menjadi satu kesatuan ilmu yaitu ilmu sosiologi komuniksi. Bagaimana sejarah atau perjalanan kedua ilmu tersebut hingga akhirnya terlahirlah sosiologi komunikasi. Dalam makalah ini kita akan mencoba membahas masalah ini.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah terbentuknya sosiologi komunikasi?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
2.      Sebagai reference bahan pembaca



BAB II
PEMBAHASAN

1.2  Filsafat Sosial
Pada mulanya kajian tentang komunikasi, apalagi ilmu komunikasi adalah sesuatu yg tidak pernah ada dalam khazanah ilmu pengetahuan. Ketika pada mulanya semua masalah manusia masih dalam kajian filsafat, maka komunikasi selain tidak terpikirkan atau belum dipikirkan oleh manusia (laten fenomena).
Pada saat teori sosilogi sedang dibangun, minta terhadap ilmu pengetahuan meningkat pesat, hal itu terjadi tidak saja diperguruan tinggi, namun juga di masyrakat umumnya. Hasil sains termasuk teknologi mendapat apresiasi yang luar biasa di masyarakat. Walaupun dikatakan apresiasi itu berkaitan dengan sukses besar sains fisika, bilogi dan kimia (ritzer, 2004). Perdebatan antara perkembangan sosiologi dan sains pada saat itu menjadi hal  yang penting disinggung dalam bagian awal ini untuk mendudukkna persoalan bahwa pada awal perkembangan teori sosiologi, sosiologi dibesarkan oleh minat masyarakat terhadap sains yang menginginkan sosiologi meniru kesuksesan sains atau karena kesuksesan sains pada saat itu yang mengalihkan perhatian masyarakat terhadap sosiologi. Rupanya, pada akhirnya masyarakat kemudian percaya bahwa perkembangan sosiologi disebabkan karena adanya keunggulan pemikiran yang lebih menyukai sosiologi sebagai sains.
Banyak pengamat yang berpendapat bahwa perkembangan teori sosiologi dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran abad pencerahan yang berkembang pada peeriode perkembangan intelektual dan pembahasan pemikiran filsafat yang luar biasa. Pemikiran manusia yang pada awalnya menaruh harapan yang besar terhadap mitos (sebelum yunani kuno atau sebelum 600 SM), logos (yunani kuno atau 600 SM), dogma ( dan kemudian beralih pada logos (pikiran manusia lagi)

2.2  Sosiologi Modern
Persoalan manusia pada akhirnya diatasi filsafat melalui pendekatan filsafat, melalui pendekatan filsafat sosial yang kemudian mampu menjawab persoalan-persoalan: liberalisme, sosialisme, komunalisme dan welfareliberalism, namun untuk menjawab persoalan-persoalan kemasyarakatan lainnya yang lebih konkret, filsafat sosial mengalami hambatan metodelogis. Karena itu banyak persoalan masyarakat lainnya yang lebih kongkret, filsafat sosial mengalami hambatan metodelogis. Karena itu banyak persoalan masyarakat tidak bisa lagi diatasi filsafat sosial yang sifat pendekatannya abstrak dan tidak konkret. Masyarakat membutuhkan jalan keluar dari permasalahan kehidupan mereka yang serba spesifik dan konkret. Dengan demikian, manusia membutuhkan ilmu pengetahuan yang menjebatani filsafat dan manusia. Karena itulah lahir sosiologi sebagai jalan keluar untuk membantu manusia memecahkan persoalan masyarakat.
Orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi adalah auguste comte (1798-1852). Erikson (ritzer,2004: 16) mengatakan bahwa, menurut Erikson bukanlah penemu sosiologi modern, karena selain teori sosiologi konservatif banyak dipelajari oleh gurunya Cloude Henri Saint-Simon(1760-1852), adam smith atau para moralis skotlandia adalah sumber sebenarnya dari sosiologi modern,
Pikiran-pikiran comte juga dipengaruhi oleh pencerahan dan revolusi, ia juga sangat terpengaruh oleh sains sehingga pandangan ilmiahnya memperkenalkan “positivisme” atau “filsafat positif”. Lebih kongkret lai comte mengembangkan fisika sosial yang pada tahun 1839 disebut dengan sosiologi (pickering, 2000 dalam Rizter, 2004: 16). Penggunaan istilah filsafat sosial, pada mulanya comte bermaksud agar sosiologi meniru model hard science. Ilmu baru ini memepelajari social statics ( statistika sosial atau struktur sosial) dan social dynamic (dinamika sosial atau perubahan sosial).
Pikiran-pikiran comte pada waktu itu didasarkan pada pendekatan teori revolusinya dan hukum tiga tingkatan( Rizter, 2004:17) comte mengatakan ada tiga tingkatan intelektual yang harus dilalui kelompok masyarakat, ilmu pengetahuan, individu, atau bahkan pemikiran masyarakat dan dunia sepanjang. sejarahnya pertama, tahap teologis Yang menjadikan karakteristik dunia sebelum era 1300. Dalam tahapan ini sistem gagasan utama menekankan pada keyakinan bahwa kekuatan adikodrati, tokoh agama dan keteladanan kemanusiaan menjadi dasar segala hal. Dengan demikian, dunia sosial dan alam fisika adalah ciptaan tuhan. Kedua, tahap metafisika yang terjadi antara 1300-1800. Era ini ditandai dengan keyakinan bahwa kekuatan abstraklah yang menerangkan segala sesuatu, bukanlah para dewa. Dengan demikian pandangan terhadap ciptaan tuhan mengalami degradasi kekuasaan dihadapan manusia. Ketiga tahun 1800 dunia memasuki tahap positivistik yang ditandai oleh keyakinan terhadap sains. Manusia mulai cenderung menghentikan penelitian terhadap kecenderungan penyebab absolut (tuhan atau alam) dan memusatkan perhatian pada pengamatan terhadap alam fisik dan dunia sosial guna mengetahui hukum-hukum yang mengaturnya.
Orang lain yang berjasa pada awal perkembangan sosiologi adalah Emile Durkheim (1858-1917). Karya-karya Durkheim masih diwariskan oleh pandangan  pencerahan pada sains dan reformasi sosial. Pandangannya tentang faktor-faktor sosial menjadi dasar bagi sosiologi untuk mengkaji pandangan tentang apa sebenarnya fakta sosial itu. Dalam bukunya yang berjudul The Rule of Sosiological Method (1895/1982) Durkheim menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari fenomena penting dalam kehidupan manusia dalam dunianya yaitu fakta-fakta sosial. Ia memendang bahwa fakta sosial adalah sebagai kekuatan (force) dan struktur yang bersifat eksternal yang memaksa individu . memlalui karyanya yang lain, yaitu Suicide (1897/1951) Durkheim mencoba menguji pandangan sosiologisnya tentang hubungan sosial dan fakta sosialnya (Rizter, 2004:21).
Melalui The Rule of sociological Method  Durkhaim membedakan dua tipe fakta sosial, yaitu fakta social materiil dan fakta sosial nonmateriil (kultur, institusi sosial) ketimbang membahas fakta sosial materiil (birokrasi, hukum). Walaupun dia membahasnya secara bersama-sama namun Durkheim lebih banyak menyoroti fakta sosial non materiil ketimbang fakta sosial materiil.
Dalam hal agama Durkheim berpandangan bahwa agama adalah salah satu fakta sosial non materiil. Melalui karyanya yang terakhir, The Elementary Forms of Religious Life (1912/1965),  ia membahas masyarakat primitif untuk menemukan akar agama. Ia yakin akan menemukan akar agama dengan jalan membandingkan masyarakat primitif yang sederhana ketimbang mencarinya di dalam masyarakat modern yang kompleks. Temuannya, bahwa sumber agama adalah masyarakat itu sendiri.

2.3  Lahirnya Sosiologi Komunikasi
Asal mula kajian komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran Karl Marx, di mana karl marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri sosiologi yang beraliran Jerman sementara Claude Henri Saint-simon, Auguste Comte, dan Emile Durkheim merupakan nama ahli sosiologi yang beraliran Perancis.
Sementara itu gagasan awal tentang Marx tidak pernah lepas dari pemikiran-pemikiran Hegel. Hegel memiliki pengaruh yang kuat terhadap Marx, bahkan Karl Marx muda menjadi seorang idealisme (bukan materialisme) justru dari pemikiran-pemikiran radikal Hegel tentang idealisme, adapun kemudain Marx tuan menjadi seorang materalisme, hal itu adalah sebuah pengalaman pribadi manuasia dalam prosesnya dengan konteks sosial yang daialami loh marx sendiri.
Menurut Rizter (2004:26), pemikiran Hegel yang paling utama dalam melahirkan pemikiran-pemikiran tradisional konflik dan kritis adalah ajarannya tentang dialektika dan idealisme. Dialektika adalah cara berfikir dan citra tentang dunia. Sebagai cara berpikir, dialektika menekankan arti penting dari proses, hubungan, dinamika, konflik dan kontradiksi. Pemahaman dialektika semacam inilah (terutama melihat dunia sebagai bagian yang berhubungan satu dengan lainnya) di kemudian hari melahirkan gagasan tentang komunikasi seperti apa yang ditemukan oleh Jurgen Habermas dengan tindakan komunikatif.
Hegel juga dikaitkan dengan filsafat idealisme yang lebih mementingkan pikiran dan produk mental daripada kehidupan material. Dalam bentuknya yang eksterm, idealisme menegaskan bahwa hanya konstruksi pikiran dan psikologilah yang ada, idealism adalah sebuah proses yang kekal dalam kehidupan manusia, bahkan ada yang berkeyakinan bahwa proses mental tetap ada walaupun kehidupan social dan fisik sudah tidak ada lagi.
Pemikiran-pemikiran Habermas sendiri termasuk dalam kelompok kriti. Habermas sendiri menamakan gagasan-gagasan sebagai rekonstruksi materialisme historis. Habermas bertolak dari pemikiran Karl marx, seperti potensi manusia, spesies mahluk, aktivitas yang berperasaan. Ia mengatakan bahwa, Marx telah gagal membedakan antara dua komponen analitik yang berbeda, yaitu kerja dan interaksi. Diantara kerja dan interaksi social , Marx hanya membahas kerja saja dengan mengabaikan interaksi sosial. Di sepanjang tulisannya, Habermas menjelaskan perbedaan ini, meski ia cenderung menggunakan istilah tindakan rasional-purposif dan tindakan komunikatif (interaksi) (Ritzer, 2004:187). Dalam theory of communication Action pun ia menyebut tindakan komunikatif ini sebagai bagian dasar dari ilmu-ilmu sosial dan teori komunikasi (Habermas,1996).
Selama tahun 1970-an Habermas memperbanyak  studi-studinya mengenai ilmu social dan mulai menata ulang teori kritik sebagai teori komunikasi. Tahap kunci dari perkembangan ini termuat dalam kumpulan esai dalam sekian buku. Habermas sendiri saat ini menjadi guru besar filsafat dan sosiologi yang hidup di Frankfurt(kuper and Kuper,2000: 424).
Sumbangan pemikiran John Dewey, yang sering disebut the first philosopher of communication (Riger,1986) itu dikenal hingga kini dengan filsafat pragmatik-ny, suatu keyakinan bahwa sebuah ide itu benar jika ia berfungsi dalam praktik. Pragmatisme menolak dualisme pikiran dan materi, subjek dan objek( Ibrahim, 2005 : xiii).
Dengan demikian, sejarah sosiologi komunikasi menempuh dua jalur. Bahwa kajian dan sumbangan pemikiran August comte, Durkheim, Talcott parson dan Robert K. Merton merupakan sumbangan paradigma fungsional bagi lahirnya teori-teori kounikasi yang beraliran structural-fungsional. Sedangkan sumbangan-sumbangan pemikiran Karl Max dan Habermas menyumbangkan paradigm konflik bagi lahirnya teori-teori kritis dalam kajian komunikasi.
Sosiologi sejak semula telah menaruh perhatian-perhatian pada masalah yang ada hubungan dengan interaksi social antara seseorang dan orang lainnya. Apa yang di sebutkan oleh Comte dengan “social dynamic’,kesadaran kolektif” oleh Durkheim, dan “interaksi sosial” oleh Marx serta “tindakan komunikatif” dan “teori komunikasi” oleh habermas adalah awal mula lahirnya persfektif sosiologi komunikasi.

SKEMA 1
ALIRAN PEMIKIRAN DALAM PARADIGMA SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Aliran Pemikiran yang melahirkan
Paradigma dalam sosiologi komunikasi
 


                        Stuktural-fungsional                                       Konflik Kritis
                        Auguste comte                                                Karl Marx
                        Emile Durkheim                                              Jurgen Habermas
Talcott parson                                                 Johhn Dewey
Rebert K. Merton
            Selain apa yang disumbangkan Karl Marx dan Habermas mengenai teori kritis dalam komunikasi, sumbangan dari presfektif stuktural fungsional dalam sosiologi yang diajarkan oleh Talcott parson dengan teori system tindakan maupun dengan skema AGIL (Ritzer, 2004:121), serta kajian Rebert K. Merton tentang struktur fungsional, struktur sosial dan anomie (Sztompka, 2004: 18), merupakan sumbangan-sumbangan yang amat penting terhadap lahirnya teori-teori komunikasi di waktu berikutnya.
Saat ini presfektif teoretis mengenai sosiologi komunikasi bertumpu pada fokus kajian sosiologi mengenai interaksi social semua aspek yang bersentuhan dengan fokus kajian tersebut. Narwoko dan Suyanto (2004: 16) mengatakan bahwa, kajian tentang interaksi sosial disyaratkan Adanya fungsi-fungsi komunikasi yang lebih dalam, seperti adanya kontak sosial  dan komunikasi. Kontak sosial terjadi tidaklah semata-mata tergantung tindakan tetapi juga tergantung pada adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut sedangkan aspek penting dari komunikasi adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu atau pada perilaku orang lain. Dalam komunikasi juga persoalan makna menjadi sangat penting ditafsirkan oleh seseorang yang mendapat informasi (pemberitaan) karena makna yang dikirim oleh komunikator dan penerima informasi menjadi sangat subjektif dan di tentukan oleh konteks sosial ketika informasi itu disebar dan diterima



\



BAB III
PENUTUP
1.3 Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat kita simpulkan bahwa lahirnya sosiologi komunikasi adalah hasil dari pemikiran-pemikiran para ahli pada abad pencerahan yang berkembang pada periode perkembangan intelektual dan pemikiran fiilsafat yang luar biasa.
Pemikiran manusia yang pada awalnya menaruh harapan yang besar terhadap mitos, logos, dogma dan kemudian kembali lagi ke logos sehingga membuka pikiran para intelektual untuk memecahkan masalah tersebut dan terciptalah sosiologi komunikasi. Dimana konteks sosiologi komunikasi ialah persoalan manusia difokuskan pada interaksi sosialnya dengan manusia lainnya dalam masyarakat.



1 komentar:

  1. dilengkapi dengan daftar referensi.,., pasti lebih mantap.

    jgn lupa singgah juga di artikel saya.
    dhiyaurahman.blogspot.com

    BalasHapus