Senin, 19 Maret 2012

sejarah sosiologi komunikasi


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Tentu anda masih ingat bukan, pengertian sosiologi dalam mata kuliah Pengantar Sosiologi. Untuk menyegarkan ingatan Anda, berikut disajikan beberapa pengertian dari sosiologi:
Beberapa pendapat para ahli tentang definisi sosiologi.
1.      Roucek dan Warren, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dalam kelompok-kelompok.
2.      William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff, sosiologi adalah penelitian ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial.
3.      Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, sosiologi ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
4.      Pitirin Sorokin (dikutip Bungin, 2006 : 27-28), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari:
a.       Hubungan dan pengaruh timbal balik antar aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya: antara gejala ekomomi dan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan lain sebagainya);
b.      Hubungan dengan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial (misalnya: gejala geografis, biologis, dan sebagainya);
c.        Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang dimaksudkan dengan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia sebagai makhluk sosial termasuk di dalamnya berbagai aktifitas atau gejala sosial yang kemudian menghasilkan perubahan-perubahan sosial.
Masih ingatkah Anda bahwa istilah komunikasi yang dalam bahasa Inggris disebut communication, berasal dari bahasa Latin, communicatio? Sebagaimana Anda telah pelajari dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi, kata communicatio berasal dari kata communis yang artinya sama. Tentu saja, konteks sama yang dimaksudkan ialah sama makna. Kesamaan makna ini terjadi ketika misalnya Anda terlibat dalam percakapan dengan teman Anda, dimana tidak saja menggunakan bahasa yang sama, namun juga Anda berdua sama-sama mengerti dan memahami makna dari apa yang Anda berdua percakapkan itu. Jadi, kesamaan makna lebih mengarah pada kesamaan pandangan di antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi mengenai isi dari pesan tersebut.
Sebagaimana Anda tahu, banyak sekali definisi yang diberikan untuk memahami arti kata komunikasi. Secara sederhana, Anda dapat merujuk pada definisi yang diberikan Littlejohn (2002 : 7) bahwa komunikasi merupakan suatu proses pemindahan (transmisi) informasi.
Untuk kepentingan pendefinisian komunikasi, umumnya para pakar ilmu komunikasi merujuk pada pandangan Harold Lasswell dalam bukunya The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell (Effendy, 1997 : 10) yang menjelaskan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan berikut:
Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect?
Bila diterjemahkan maka akan menjadi: Siapa Mengatakan Apa dengan Saluran Apa kepada Siapa dan dengan Efek Apa?.
Bila Anda menyimak baik-baik formulasi Lasswell ini maka Anda akan dapat memahami elemen-elemen penting dari komunikasi. Mari kita bahas satu per satu. Kata who (siapa) dalam konteks komunikasi merujuk kepada seorang pemberi pesan. Pemberi pesan ini biasanya dikenal dengan sebutan sumber informasi, komunikator, atau pengirim pesan. Says what (mengatakan apa) merujuk pada apa yang diperkatakan. Dalam hal ini pesan atau isi dari percakapan/pembicaraan. Pesan ini lalu kita kenal dengan sebutan verbal (melalui kata-kata dan atau tulisan) dan non verbal (menggunakan bahasa isyarat).
In which channel (dengan saluran apa) mengarah pada alat atau saluran atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Anda tentu tahu bukan, manusia dapat menggunakan bermacam-macam saluran dalam berkomunikasi. Media yang paling praktis dan semua orang menggunakannya saat berkomunikasi adalah panca indera manusia. Selain itu, kita juga mengenal saluran komunikasi menggunakan alat bantu seperti telephon, telegram, dan surat). Ada juga saluran komunikasi yang digunakan untuk khalayak yang jumlahnya lebih besar (massa) yaitu media cetak dan elektronik. To whom (kepada siapa) ditujukan untuk penerima pesan. Penerima pesan ini disebut juga sebagai komunikan, atau receiver. Bila anda berinisiatif menelpon sahabat anda, maka sahabat anda itu disebut sebagai komunikan. With what effect (dengan efek apa) merujuk pada pengaruh yang ditimbulkan dari komunikasi. Pengaruh ini dapat meliputi aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap lawan bicara. Jadi, berdasarkan uraian ini maka kita dapat menyimpulkan bahwa komunikasi itu terdiri dari sekurang-kurangnya 5 unsur yakni:
1.      Komunikator (pemberi informas)
2.      Pesan
3.      Media (saluran)
4.      Komunikan (penerima informasi/pesan)
5.      Efek (pengaruh).
Selama ini yang kita pahami bahwa Sosiologi dengan Komunikasi adalah dua ilmu yang berbeda kajian. Namun kemudian bagaimana bisa kedua ilmu tersebut berkolaburasi dan menjadi satu kesatuan ilmu yaitu ilmu sosiologi komuniksi. Bagaimana sejarah atau perjalanan kedua ilmu tersebut hingga akhirnya terlahirlah sosiologi komunikasi. Dalam makalah ini kita akan mencoba membahas masalah ini.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah terbentuknya sosiologi komunikasi?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
2.      Sebagai reference bahan pembaca



BAB II
PEMBAHASAN

1.2  Filsafat Sosial
Pada mulanya kajian tentang komunikasi, apalagi ilmu komunikasi adalah sesuatu yg tidak pernah ada dalam khazanah ilmu pengetahuan. Ketika pada mulanya semua masalah manusia masih dalam kajian filsafat, maka komunikasi selain tidak terpikirkan atau belum dipikirkan oleh manusia (laten fenomena).
Pada saat teori sosilogi sedang dibangun, minta terhadap ilmu pengetahuan meningkat pesat, hal itu terjadi tidak saja diperguruan tinggi, namun juga di masyrakat umumnya. Hasil sains termasuk teknologi mendapat apresiasi yang luar biasa di masyarakat. Walaupun dikatakan apresiasi itu berkaitan dengan sukses besar sains fisika, bilogi dan kimia (ritzer, 2004). Perdebatan antara perkembangan sosiologi dan sains pada saat itu menjadi hal  yang penting disinggung dalam bagian awal ini untuk mendudukkna persoalan bahwa pada awal perkembangan teori sosiologi, sosiologi dibesarkan oleh minat masyarakat terhadap sains yang menginginkan sosiologi meniru kesuksesan sains atau karena kesuksesan sains pada saat itu yang mengalihkan perhatian masyarakat terhadap sosiologi. Rupanya, pada akhirnya masyarakat kemudian percaya bahwa perkembangan sosiologi disebabkan karena adanya keunggulan pemikiran yang lebih menyukai sosiologi sebagai sains.
Banyak pengamat yang berpendapat bahwa perkembangan teori sosiologi dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran abad pencerahan yang berkembang pada peeriode perkembangan intelektual dan pembahasan pemikiran filsafat yang luar biasa. Pemikiran manusia yang pada awalnya menaruh harapan yang besar terhadap mitos (sebelum yunani kuno atau sebelum 600 SM), logos (yunani kuno atau 600 SM), dogma ( dan kemudian beralih pada logos (pikiran manusia lagi)

2.2  Sosiologi Modern
Persoalan manusia pada akhirnya diatasi filsafat melalui pendekatan filsafat, melalui pendekatan filsafat sosial yang kemudian mampu menjawab persoalan-persoalan: liberalisme, sosialisme, komunalisme dan welfareliberalism, namun untuk menjawab persoalan-persoalan kemasyarakatan lainnya yang lebih konkret, filsafat sosial mengalami hambatan metodelogis. Karena itu banyak persoalan masyarakat lainnya yang lebih kongkret, filsafat sosial mengalami hambatan metodelogis. Karena itu banyak persoalan masyarakat tidak bisa lagi diatasi filsafat sosial yang sifat pendekatannya abstrak dan tidak konkret. Masyarakat membutuhkan jalan keluar dari permasalahan kehidupan mereka yang serba spesifik dan konkret. Dengan demikian, manusia membutuhkan ilmu pengetahuan yang menjebatani filsafat dan manusia. Karena itulah lahir sosiologi sebagai jalan keluar untuk membantu manusia memecahkan persoalan masyarakat.
Orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi adalah auguste comte (1798-1852). Erikson (ritzer,2004: 16) mengatakan bahwa, menurut Erikson bukanlah penemu sosiologi modern, karena selain teori sosiologi konservatif banyak dipelajari oleh gurunya Cloude Henri Saint-Simon(1760-1852), adam smith atau para moralis skotlandia adalah sumber sebenarnya dari sosiologi modern,
Pikiran-pikiran comte juga dipengaruhi oleh pencerahan dan revolusi, ia juga sangat terpengaruh oleh sains sehingga pandangan ilmiahnya memperkenalkan “positivisme” atau “filsafat positif”. Lebih kongkret lai comte mengembangkan fisika sosial yang pada tahun 1839 disebut dengan sosiologi (pickering, 2000 dalam Rizter, 2004: 16). Penggunaan istilah filsafat sosial, pada mulanya comte bermaksud agar sosiologi meniru model hard science. Ilmu baru ini memepelajari social statics ( statistika sosial atau struktur sosial) dan social dynamic (dinamika sosial atau perubahan sosial).
Pikiran-pikiran comte pada waktu itu didasarkan pada pendekatan teori revolusinya dan hukum tiga tingkatan( Rizter, 2004:17) comte mengatakan ada tiga tingkatan intelektual yang harus dilalui kelompok masyarakat, ilmu pengetahuan, individu, atau bahkan pemikiran masyarakat dan dunia sepanjang. sejarahnya pertama, tahap teologis Yang menjadikan karakteristik dunia sebelum era 1300. Dalam tahapan ini sistem gagasan utama menekankan pada keyakinan bahwa kekuatan adikodrati, tokoh agama dan keteladanan kemanusiaan menjadi dasar segala hal. Dengan demikian, dunia sosial dan alam fisika adalah ciptaan tuhan. Kedua, tahap metafisika yang terjadi antara 1300-1800. Era ini ditandai dengan keyakinan bahwa kekuatan abstraklah yang menerangkan segala sesuatu, bukanlah para dewa. Dengan demikian pandangan terhadap ciptaan tuhan mengalami degradasi kekuasaan dihadapan manusia. Ketiga tahun 1800 dunia memasuki tahap positivistik yang ditandai oleh keyakinan terhadap sains. Manusia mulai cenderung menghentikan penelitian terhadap kecenderungan penyebab absolut (tuhan atau alam) dan memusatkan perhatian pada pengamatan terhadap alam fisik dan dunia sosial guna mengetahui hukum-hukum yang mengaturnya.
Orang lain yang berjasa pada awal perkembangan sosiologi adalah Emile Durkheim (1858-1917). Karya-karya Durkheim masih diwariskan oleh pandangan  pencerahan pada sains dan reformasi sosial. Pandangannya tentang faktor-faktor sosial menjadi dasar bagi sosiologi untuk mengkaji pandangan tentang apa sebenarnya fakta sosial itu. Dalam bukunya yang berjudul The Rule of Sosiological Method (1895/1982) Durkheim menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari fenomena penting dalam kehidupan manusia dalam dunianya yaitu fakta-fakta sosial. Ia memendang bahwa fakta sosial adalah sebagai kekuatan (force) dan struktur yang bersifat eksternal yang memaksa individu . memlalui karyanya yang lain, yaitu Suicide (1897/1951) Durkheim mencoba menguji pandangan sosiologisnya tentang hubungan sosial dan fakta sosialnya (Rizter, 2004:21).
Melalui The Rule of sociological Method  Durkhaim membedakan dua tipe fakta sosial, yaitu fakta social materiil dan fakta sosial nonmateriil (kultur, institusi sosial) ketimbang membahas fakta sosial materiil (birokrasi, hukum). Walaupun dia membahasnya secara bersama-sama namun Durkheim lebih banyak menyoroti fakta sosial non materiil ketimbang fakta sosial materiil.
Dalam hal agama Durkheim berpandangan bahwa agama adalah salah satu fakta sosial non materiil. Melalui karyanya yang terakhir, The Elementary Forms of Religious Life (1912/1965),  ia membahas masyarakat primitif untuk menemukan akar agama. Ia yakin akan menemukan akar agama dengan jalan membandingkan masyarakat primitif yang sederhana ketimbang mencarinya di dalam masyarakat modern yang kompleks. Temuannya, bahwa sumber agama adalah masyarakat itu sendiri.

2.3  Lahirnya Sosiologi Komunikasi
Asal mula kajian komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran Karl Marx, di mana karl marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri sosiologi yang beraliran Jerman sementara Claude Henri Saint-simon, Auguste Comte, dan Emile Durkheim merupakan nama ahli sosiologi yang beraliran Perancis.
Sementara itu gagasan awal tentang Marx tidak pernah lepas dari pemikiran-pemikiran Hegel. Hegel memiliki pengaruh yang kuat terhadap Marx, bahkan Karl Marx muda menjadi seorang idealisme (bukan materialisme) justru dari pemikiran-pemikiran radikal Hegel tentang idealisme, adapun kemudain Marx tuan menjadi seorang materalisme, hal itu adalah sebuah pengalaman pribadi manuasia dalam prosesnya dengan konteks sosial yang daialami loh marx sendiri.
Menurut Rizter (2004:26), pemikiran Hegel yang paling utama dalam melahirkan pemikiran-pemikiran tradisional konflik dan kritis adalah ajarannya tentang dialektika dan idealisme. Dialektika adalah cara berfikir dan citra tentang dunia. Sebagai cara berpikir, dialektika menekankan arti penting dari proses, hubungan, dinamika, konflik dan kontradiksi. Pemahaman dialektika semacam inilah (terutama melihat dunia sebagai bagian yang berhubungan satu dengan lainnya) di kemudian hari melahirkan gagasan tentang komunikasi seperti apa yang ditemukan oleh Jurgen Habermas dengan tindakan komunikatif.
Hegel juga dikaitkan dengan filsafat idealisme yang lebih mementingkan pikiran dan produk mental daripada kehidupan material. Dalam bentuknya yang eksterm, idealisme menegaskan bahwa hanya konstruksi pikiran dan psikologilah yang ada, idealism adalah sebuah proses yang kekal dalam kehidupan manusia, bahkan ada yang berkeyakinan bahwa proses mental tetap ada walaupun kehidupan social dan fisik sudah tidak ada lagi.
Pemikiran-pemikiran Habermas sendiri termasuk dalam kelompok kriti. Habermas sendiri menamakan gagasan-gagasan sebagai rekonstruksi materialisme historis. Habermas bertolak dari pemikiran Karl marx, seperti potensi manusia, spesies mahluk, aktivitas yang berperasaan. Ia mengatakan bahwa, Marx telah gagal membedakan antara dua komponen analitik yang berbeda, yaitu kerja dan interaksi. Diantara kerja dan interaksi social , Marx hanya membahas kerja saja dengan mengabaikan interaksi sosial. Di sepanjang tulisannya, Habermas menjelaskan perbedaan ini, meski ia cenderung menggunakan istilah tindakan rasional-purposif dan tindakan komunikatif (interaksi) (Ritzer, 2004:187). Dalam theory of communication Action pun ia menyebut tindakan komunikatif ini sebagai bagian dasar dari ilmu-ilmu sosial dan teori komunikasi (Habermas,1996).
Selama tahun 1970-an Habermas memperbanyak  studi-studinya mengenai ilmu social dan mulai menata ulang teori kritik sebagai teori komunikasi. Tahap kunci dari perkembangan ini termuat dalam kumpulan esai dalam sekian buku. Habermas sendiri saat ini menjadi guru besar filsafat dan sosiologi yang hidup di Frankfurt(kuper and Kuper,2000: 424).
Sumbangan pemikiran John Dewey, yang sering disebut the first philosopher of communication (Riger,1986) itu dikenal hingga kini dengan filsafat pragmatik-ny, suatu keyakinan bahwa sebuah ide itu benar jika ia berfungsi dalam praktik. Pragmatisme menolak dualisme pikiran dan materi, subjek dan objek( Ibrahim, 2005 : xiii).
Dengan demikian, sejarah sosiologi komunikasi menempuh dua jalur. Bahwa kajian dan sumbangan pemikiran August comte, Durkheim, Talcott parson dan Robert K. Merton merupakan sumbangan paradigma fungsional bagi lahirnya teori-teori kounikasi yang beraliran structural-fungsional. Sedangkan sumbangan-sumbangan pemikiran Karl Max dan Habermas menyumbangkan paradigm konflik bagi lahirnya teori-teori kritis dalam kajian komunikasi.
Sosiologi sejak semula telah menaruh perhatian-perhatian pada masalah yang ada hubungan dengan interaksi social antara seseorang dan orang lainnya. Apa yang di sebutkan oleh Comte dengan “social dynamic’,kesadaran kolektif” oleh Durkheim, dan “interaksi sosial” oleh Marx serta “tindakan komunikatif” dan “teori komunikasi” oleh habermas adalah awal mula lahirnya persfektif sosiologi komunikasi.

SKEMA 1
ALIRAN PEMIKIRAN DALAM PARADIGMA SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Aliran Pemikiran yang melahirkan
Paradigma dalam sosiologi komunikasi
 


                        Stuktural-fungsional                                       Konflik Kritis
                        Auguste comte                                                Karl Marx
                        Emile Durkheim                                              Jurgen Habermas
Talcott parson                                                 Johhn Dewey
Rebert K. Merton
            Selain apa yang disumbangkan Karl Marx dan Habermas mengenai teori kritis dalam komunikasi, sumbangan dari presfektif stuktural fungsional dalam sosiologi yang diajarkan oleh Talcott parson dengan teori system tindakan maupun dengan skema AGIL (Ritzer, 2004:121), serta kajian Rebert K. Merton tentang struktur fungsional, struktur sosial dan anomie (Sztompka, 2004: 18), merupakan sumbangan-sumbangan yang amat penting terhadap lahirnya teori-teori komunikasi di waktu berikutnya.
Saat ini presfektif teoretis mengenai sosiologi komunikasi bertumpu pada fokus kajian sosiologi mengenai interaksi social semua aspek yang bersentuhan dengan fokus kajian tersebut. Narwoko dan Suyanto (2004: 16) mengatakan bahwa, kajian tentang interaksi sosial disyaratkan Adanya fungsi-fungsi komunikasi yang lebih dalam, seperti adanya kontak sosial  dan komunikasi. Kontak sosial terjadi tidaklah semata-mata tergantung tindakan tetapi juga tergantung pada adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut sedangkan aspek penting dari komunikasi adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu atau pada perilaku orang lain. Dalam komunikasi juga persoalan makna menjadi sangat penting ditafsirkan oleh seseorang yang mendapat informasi (pemberitaan) karena makna yang dikirim oleh komunikator dan penerima informasi menjadi sangat subjektif dan di tentukan oleh konteks sosial ketika informasi itu disebar dan diterima



\



BAB III
PENUTUP
1.3 Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat kita simpulkan bahwa lahirnya sosiologi komunikasi adalah hasil dari pemikiran-pemikiran para ahli pada abad pencerahan yang berkembang pada periode perkembangan intelektual dan pemikiran fiilsafat yang luar biasa.
Pemikiran manusia yang pada awalnya menaruh harapan yang besar terhadap mitos, logos, dogma dan kemudian kembali lagi ke logos sehingga membuka pikiran para intelektual untuk memecahkan masalah tersebut dan terciptalah sosiologi komunikasi. Dimana konteks sosiologi komunikasi ialah persoalan manusia difokuskan pada interaksi sosialnya dengan manusia lainnya dalam masyarakat.



imamku impianku




Terpikir oleh ku tentang kesenangan dan kebahagiaan yang ingin ku raih....
Kebahagiaan yang dapat ku bagi dengan sahabat-sahabatku
Nongkrong di tempat biasa, menikmati santapan sambil bercengkrama tentang isi hati masing-masing....
Aku ingin sekali membagi kebahagiaan ini dengan sahabat-sahabat ku
Namun sulit lidah ini menjelaskan tentang perasaan ini, perasaan bahagia, perasaan takut, perasaan gelisah, perasaan galau, perasaan cinta yang tak sanggup ku bendung, perasaan ingin memeluk hatimu....
kobaran ego ku memaksa agar kau menjadi milikku seutuhnya, tanpa ada yang bisa lagi melihatmu, menyentuhmu, menikmati pesonamu dan menatap matamu. 
Rasa ini begitu menyiksa, mendera pikiranku dan menyita  waktuku...




Hidup ini adalah pilihan dan kaulah piiihanku
Kau yang kupilih untuk menemani hidupku
Menyuntingku, mencium keningku saat ku tertidur
Mencubit pipiku saat ku sedih, mengimamiku saat kita ibadah...
mengajari anak-anakku mengaji, menjadi tiang dalam atap ku
Aku ingin kau mencintaiku seperti bumi mencintai langit, embun menyayangi pagi, bulan mengasihi malam dan adam yang setia abadi kepada hawa....
Aku ingin kau melindungi ku, melindungi keluargaku, melindungi dunia dan akhiratku
Aku ingin bersamamu selamanya...........

 

PRAKTISI HUBUNGAN MASYARAKAT


BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar  Belakang
Kita sebagai mahasiswa komunikasi harus memahami secara pasti apa itu Humas. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak mahasiswa yang belum memahami secara pasti apa itu Humas, bagamaimana cara kerja dan penempatan seorang Public Relation?  Sebenarnya apa itu praktisi hubungan masyarakat?
Terlalu banyak masalah yang belum terpecahkan saat kita mempertanyakan kilas balik dari Pablic Relation. Keterbatasan pengetahuan tentang hal tersebut membuat kita terbelakang. Kita perlu menguasai ilmu ini dan bagaimana perkembangannya saat ini. Misalnya informasi tentang Jumlah perusahaan hubungan masyarakat yang semakin meningkat, menurut besarnya bekisar dari konselor independen (yang mungkin menggunakan sebutan ”dan rekan-rekan”) hingga perusahaan besar berskala nasional dan internasional dengan beratus-ratus staf. Misalnya Burson-Marsteller yang berpusat di New York, yang merupakan perusahaan terbesar dengan pendapatan bersih $265 juta di seluruh dunia, mempekerjakan lebih dari 2100 karyawan. Perusahaan terbesar kedua, yaitu Shandwick yang berpusat di London, dengan penghasilan bersih hampir $160 juga mempunyai 1750 karyawan di seluruh dunia.
Untuk menjadi seorang Public Relation harus memiliki pendidikan yang sesuai. Lebih dari 92% praktisi hubungan masyarakat adalah lulusan akademi, hampir 23% di antaranya berpendidikan pasca sarjana tetapi tidak menyelesaikan studi, 25% bergelar master, dan 2% bergelar doktor. Survei-survei biasanya menunjukkan bahwa praktisi yang memasuki bidang ini berasal dari berbagai jurusan akademis dan dengan pengalaman yang bervariasi. Sekitar 40% berlatar pendidikan jurnalisme, dengan perbandingan lulusan editorial berita dan lulusan hubungan masyarakat dua banding satu. Bahasa Inggris, pidato, komunikasi, bisnis (sesuai urutan) berada di bawah jurnalisme sebagai jurusan perguruan tinggi yang memasuki dunia hubungan masyarakat.
Namun, pendidikan yang sesuai juga tidak menjadi patokan yang utama karena mental dan pengetahuan umum juga menjadi bagian yang begitu penting dan hal ini lah yang kerapkali tidak di kuasai oleh semua orang. Masalah-masalah di atas yang melatarbelakangi munculnya makalah kami yang mencoba memberi pembahasan dan pengetahuan dalam hal Praktisi Hubungan Masyarakat.
    


1.2     Rumusan Masalah

1.       Bagaimana karakteristik dan pekerjaan para praktisi?
2.       Apa peran utama yang di mainkan oleh para praktisi, apa perbedaan besar dari aturan-aturan itu, serta apa yang  membedakan dari setiap aturan dalam praktek tersebut?
3.       Bagaimana kriteria untuk mengevaluasi status profesional hubungan masyarakat dan mempelajari jumlah yang di ukur oleh hubungan masyarakat dari setiap kriteria.
4.       Apa syarat utama untuk berhasil dalam hubungan masyarakat?

1.3     Tujuan Penulisan

1.       Mendeskripsikan karakteristik dan pekerjaan para praktisi.
2.       Mendeskripsikan empat peran utama yang di mainkan oleh para praktisi serta perbedaan besar dari aturan-aturan itu, dan yang membedakan dari setiap aturan dalam praktek.
3.       Mendeskripsikan lima kriteria untuk mengevaluasi status profesional hubungan masyarakat dan mempelajari jumlah yang di ukur oleh hubungan masyarakat dari setiap kriteria.
4.       Mendeskripsikan syarat utama untuk berhasil dalam hubungan masyarakat.

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Karakteristik dan Pekerjaan Para Praktisi.

Jumlah dan Distribusi
            Jumlah praktisi terus meningkat karena adanya kekuatan organisasi, social, ekonomi, dan politik yang mengubah peran dan reputasi praktisi hubungan masyarakat di seluruh dunia.  Banyak perbedaan sebutan dan deskripsi kerja organisasi ini. Oleh satu organisasi di sebut sebagai ”komunikasi pemasaran”. Namun oleh satu organisasi laennya menyebutnya sebagai ”representatif hubungan masyarakat”, akan lebih akurat bila dinamakan ”seles” atau ”customer service representative”.
            Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan statistik tenaga kerja hubungan masyarakat dalam laporan bulannya, Employmen and Earnings, di bawah nama jabatan ”manajer: pemasaran, iklan, dan hubungan masyarakat” dan ”spesialis hubungan masyarakat”. Walaupun demikian, kategori-kategori ini tidak mencakup semua tenaga kerja di bidang ini. Misalnya, manajer hubungan masyarakat di perhitungkan sama seperti manajer-manajer lainnya, sehingga tidak ada perhitungan yang terpisah. Artis, perancang grafis, fotografer, videografer, pelobi, resepsionis, peneliti, dan spesialis lainnya yang bekerja di departemen dan perusahaan hubungan masyarakat dapat di masukkan dalam kategori ini. Akibatnya, angka dari Departemen Tenaga Kerja kemungkinan mencakup kurang dari separuh jumlah semua orang yang bekerja di bidang hubungan masyarakat. Tabel di bawah ini dengan jelas mengilustrasikan laju pertumbuhan hubungan masyarakat.
Tabel Pekerjaan hubungan masyarakat
Tahun
Jumlah ”spesialis hubungan masyarakat”[1]
1950
19.000
1960
31.000
1970
76.000
1980
126.000
1990
162.000
Proyeksi 2000[2]
197.000


Di Mana Mereka Bekerja??
            Lowongan kerja untuk spesialis hubungan masyarakat bisa di jumpai pada hampir semua komunitas, tetapi terkonsentrasi di pusat-puat permukiman besar. Misalnya, anggota terbanyak Public Relation Society of America (PRSA) berada di California, New York, Texas, Ohio, Michigan, Pennsylvania, dan Illinois.Tetapi Washington, DC mempunyai cabang PRSA terbesar, dengan jumlah anggota hampir 1000.
            Jumlah perusahaan hubungan masyarakat yang semakin meningkat, menurut besarnya bekisar dari konselor independen (yang mungkin menggunakan sebutan ”dan rekan-rekan”) hingga perusahaan besar berskala nasional dan internasional dengan beratus-ratus staf. Misalnya Burson-Marsteller yang berpusat di New York, yang merupakan perusahaan terbesar dengan pendapatan bersih $265 juta di seluruh dunia, mempekerjakan lebih dari 2100 karyawan. Perusahaan terbesar kedua, yaitu Shandwick yang berpusat di London, dengan penghasilan bersih hampir $160 juga mempunyai 1750 karyawan di seluruh dunia. Masing-masing dari empat perusahaan terbesar berikutnya  yaitu Porter novella International, Fleishman-Hillard, Edelman Public Relations Worldwide, dan Ketchum Public Relation Worldwide, mempekerjakan lebih dari 1000 karyawan.

Pendidikan dan Persiapan
            Lebih dari 92% praktisi hubungan masyarakat adalah lulusan akademi, hampir 23% di antaranya berpendidikan pasca sarjana tetapi tidak menyelesaikan studi, 25% bergelar master, dan 2% bergelar doktor. Survei-survei biasanya menunjukkan bahwa praktisi yang memasuki bidang ini berasal dari berbagai jurusan akademis dan dengan pengalaman yang bervariasi. Sekitar 40% berlatar pendidikan jurnalisme, dengan perbandingan lulusan editorial berita dan lulusan hubungan masyarakat dua banding satu. Bahasa Inggris, pidato, komunikasi, bisnis (sesuai urutan) berada di bawah jurnalisme sebagai jurusan perguruan tinggi yang memasuki dunia hubungan masyarakat.
            Pengalaman dalam bidang jurnalisme surat kabar tidak lagi menjadi syarat persiapan memasuki pekerjaan hubungan masyarakat. Sebaliknya, pengalaman media jurnalistik memberi praktisi pengalaman akan nilai-nilai penjaga gawang media dan cara-cara kerjanya. Tetapi apabila pengalaman itu mengarah pada pendekatan ”jurnalis di perusahaan”, maka hubungan masyarakat akan terbatas pada penyebaran berita dan relasi media. Ada banyak pemberi kerja dan manajer hubungan masyarakat yang berpandangan bahwa pendidikan hubungan masyarakat membutuhkan persiapan, sehingga membuat manusia semakin mudah bergerak ke bidang itu setelah lulus.

Pemberian Tugas
            Beberapa pihak menjabarkan hubungan masyarakat dalam bentuk daftar bagian khusus fungsi ini, yaitu hubungan media, hubungan investor, hubungan komunitas, hubungan karyawan, hubungan pemerintah, dan sebagainya. Akan tetapi, label-label itu tidak mendeskripsikan banyak variasi aktivitas dan tugas dalam praktek sehari-hari. Berikut adalah sepuluh kategori yang mengikhtisarkan pekerjaan spesialis hubungan masyarakat.
  1. Menulis dan menyunting
  2.  Menjadi penghubung media dan pemuatan
  3. Melakukan penelitian
  4. Mengatur manajemen dan administrasi
  5. Melakukan konseling
  6. Menyelenggarakan kegiatan khusus
  7. Berpidato
  8. Berproduksi
  9. Memberi pelatihan
  10. Melakukan kontak

Walaupun berada pada urutan terakhir daftar ini, ”hubungan baik dengan pihak lain” kerap merupakan hal pertama yang dikaitkan banyak orang dengan hubungan masyarakat. Cukup beralasan, karena pekerja hubungan masyarakat kerap mendapatkan diri mereka berurusan dengan masalah manusia dan hubungan yang sensitif, tetapi steriotip kuno ini dapat membangkitkan salah pengertian yang mempersempit pandangan tentang pekerjaan hubungan masyarakat.

2.2   Peran Utama Para Praktisi Serta Perbedaan Aturan

            Ada empat peran besar hubungan masyarakat yang menjabarkan sebagian besar praktek ini.
1.       Teknisi Komunikasi
Kebanyakan praktisi memulai karier hubungan masyarakat mereka sebagai teknisi komunikasi. Biasanya di dalam deskripsi kerja tingkat pemula tercantum syarat keterampilan komunikasi dan jurnalistik. Perekrutan teknisi komunikasi di tujukan untuk menulis dan menyunting majalah karyawan, menulis siaran pers dan cerita feature, pengembangan isi situs Web, dan berurusan dengan kontak media. Praktisi yang memegang peran ini biasanya tidak ikut serta saat manajemen mendefinisi masalah dan mencari jalan keluar. Mereka baru di libatkan untuk memproduksi komunikasi dan menerapkan program, yang terkadang tanpa bekal pengetahuan yang utuh tentang motivasi asal atau hasil yang di inginkan. Meskipun mereka tidak di ikutsertakan dalam diskusi tentang kebijakan baru atau keputusan manajemen, mereka adalah pihak yang di limpahkan tugas memberi penjelasan pada karyawan dan pers.

2.       Penentu Ahli
Praktisi yang beroperasi sebagai praktisi ahli bertugas mendefinisi masalah, mengembangkan program, dan bertanggung jawab penuh atas penerapannya. Penentu ahli merupakan peran yang menggoda bagi praktisi, karena secara pribadi mereka akan merasa puas jika di pandang sebagai pemegang wewenang yang menentukan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana hal tersebut di lakukan. Peran ini menggoda majikan dan klien, karena mereka ingin merasa yakin bahwa penanganan hubungan di lakukan oleh ahlinya. Mereka juga keliru berasumsi  bahwa begitu ahlinya sudah bertugas mereka tidak perlu lagi ikut serta. Dengan tidak berpartisipasi, kelihatan bahwa manejer tetap bergantung pada praktisi tiap kali muncul masalah hubungan masyarakat. Selain itu, manajer hanya sedikit bahkan tidak samasekali berkomitmen terhadap upaya hubungan masyarakat, dan tidak bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan program. Akibatnya, manajer lain dalam organisasi berasumsi dengan pandangan bahwa perkara hubungan masyarakat bukan merupakan tugas mereka.

3.       Fasilitator Komunikasi
Fasilitator komunikasi berfungsi sebagai penghubung, penerjemah, dan mediator antara organisai dan publik. Mereka mengelola komunikasi dua arah, memfasilitasi perubahan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan, dan membuat saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah menyediakan informasi yang di perlukan manajemen organisasi maupun publik, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang saling menuntungkan. Sebagai fasilitator komunikasi, praktisi mendapatkan dirinya bertindak sebagai sumber informasi dan kontak resmi organisasi dengan publiknya. Mereka menjadi wasit interaksi, menetapkan agenda diskusi, meringkas dan mengulangi pandangan, memancing reaksi, membantu partisipan mendiagnosa dan mengoreksi kondisi yang mengganggu hubungan komunikasi. Fasilitator komunikasi memegang peran rentang batas dan berfungsi sebagai penghubung antara organisasi dan publik.

4.       Fasilitator Pemecahan masalah
Praktisi yang mengambil peran fasilitator pemecahan masalah bekerja sama dengan manajer lainnya dalam mendefinisi dan menyelesaikan masalah. Mereka menjadi bagian dari tim perencanaan strategis. Kerja sama dan konsultasi diawali dengan pertanyaan pertama, dan berlanjut hingga evaluasi program akhir. Praktisi pemecahan masalah membantu manajer lainnya dan organisasi menerapkan penggunaan proses manajemen langkah demi langkah yang sama terhadap hubungan masyarakat dalam menyelesaikan masalah organisasi lainnya. Manajer ini berperan penting dalam menganalisa situasi masalah, karena mereka adalah yang paling banyak tahu dan yang paling terlibat jauh dalam kebijakan, produk, prosedur, dan tindakan organisasi. Mereka jugalah yang mempunyai kekuatan untuk membuat perubahan yang di perlukan. Akibatnya, mereka harus terlibat dalam pemikiran evolusioner dan perencanaan strategis program hubungan masyarakat. Jika para manajer ini berpartisipasi dalam proses perencanaan strategis hubungan masyarakat, maka mereka memahami motivasi dan sasaran program, mendukung keputusan strategis dan taktis, berkomitmen untuk membuat perubahan, dan menyediakan sumber yang di perlukan  untuk mencapai tujuan program.

Hasil Penelitian Peran
Banyak faktor yang mempengaruhi peran praktisi, diantaranya:
  1. pendidikan
  2. pengalaman profesional
  3. kepribadian
  4. supervisi
  5. budaya dan lingkungan organisasi
Praktisi yang memahami penyebab dan konsekuensi dari berbagai peran dapat mengembangkan strategi dalam menghadapi beragam situasi dan pandangan pihak lain terhadap peran praktisi. Pengertian ini penting terhadap wanita, karena perbedaan peran ada kaitannya dengan gaji serta pengambilan keputusan manajemen.

2.3   Kriteria Untuk Mengevaluasi Status Profesional Hubungan Masyarakat

PROFESIONALISME
            Banyak pihak telah mencoba mendefinisikan profesi kontemporer, tetapi tidak satupun yang sesuai dengan semua bidang ini. Berikut ini adalah lima kriteria untuk mengevaluasi status profesional dalam hubungan masyarakat, yaitu:
  1. Perlu pendidikan khusus untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan pokok berdasarkan teori yang di kembangkan melalui penelitian. Praktek lebih di dasarkan pada pengetahuan unik ketimbang keterampilan kinerja.
  2. Memberi layanan yang unik dan mendasar yang di akui masyarakat. Praktisi di identifikasi dengan profesinya. ”ia seorang pengacara” atau ”ia seorang akuntan”
  3. Menekankan jasa publik dan tanggung jawab sosial di atas kepentingan pribadi. Pendapatan ekonomi pribadi dan kepentingan khusus harus tunduk pada kepentingan umum. Ada semacam ”tujuan mulia”
  4. Memberi otonomi dan menempatkan tanggung jawab di pundak praktisi. Ada kebebasan untuk memutuskan dan menciptakan tanggung jawab individu.
  5. Menegakkan kode etik dan standar kinerja melalui asosiasi kolega swapraja. Nilai di interpretasi dan di terap kan dengan mendisiplinkan mereka yag menyimpang dari norma yang di terima dan perilaku yang di tentukan. Masyarakat profesional memberi standar untuk persiapan pendidikan khusus, menetapkan siapa yang di akui dalam praktek, memantau kinerja praktisi dengan standar yang di sepakati, dan memberi tingkat status yang berbeda-beda dalam praktisi.

2.4  Syarat Utama Untuk Berhasil Dalam Hubungan Masyarakat

Survei atas eksekutif puncak hubungan masyarakat menunjukkan adanya pendapat bahwa untuk berhasil perlu adanya keterampilan komunikasi, pengetahuan tentang media dan manajemen, kemampuan memecahkan masalah, motivasi, dan keingintahuan intelektual.

Syarat untuk berhasil
ü  Keterampilan
§  Menulis efektif
§  Berbicara persuasif
ü  Pengetahuan
§  Pengetahuan mendalam tentang berbagai media
§  Pemahaman akan proses manajemen
§  Ketajaman bisnis, keuangan
ü  Kemampuan
§  Pemecah masalah
§  Pengambil keputusan
§  Tangkas dalam menangani orang, membangkitkan kepercayaan
§  Mampu memikul tanggung jawab
ü  Kualitas
§  Kestabilan dan akal sehat
§  Dorongan dan antusiasme
§  Minat luas dan keingintahuan intelektual
§  Pendegar yang baik
§  Toleransi atas frustrasi
§  Gaya

Kualitas untuk berhasil menurut Bill Cantor
  • Respon terhadap ketegangan
  • Inisiatif individu
  • Keingintahuan dan kemauan untuk belajar
  • Energi, dorongan, dan ambisi
  • Pemikiran obyektif
  • Sikap luwes
  • Layanan bagi pihak lain
  • Sifat bertsahabat
  • Beragam kemampuan
  • Tidak terlalu sadar diri















Daftar Pustaka

Jefkins, Frank dan Daniel Yadin.2003.Public Relations.Jakarta:Erlangga
Coulson, Colin dan Thomas.2002.Public Relations.Jakarta:Bumi Aksara













[1] Kategori dan statistic Departemen Tenaga Kerja dari laporan Employmen and Earnings
[2] Total proyeksi di hitung dengan menggunakan model regresi lonier